Tudingan Sawedi Muhammad ke Wali Kota Makassar Salah Alamat

oleh -31 views
oleh

UPDATESULSEL.NEWS – Tafsir Sawedi Muhamad mengenai kritik Danny Pomanto terhadap pembangunan kereta api Makassar – Pare pare dengan menggunakan teori interaksi simbolik tidak relevan terkesan dipaksakan dan terlalu menyederhanakan motif terhadap kritik Danny Pomanto sebagai upaya pencitraan semata.

Perlu dipahami bahwa teori interaksi simbolik adalah teori yang masih samar-samar, hal ini sejalan dengan pernyataan Ian Ernest Craib seorang pakar sosiologi ingris. Craib bahkan menambahkan bawa teori tersebut hanya menilai manusia semata-mata dari sudut kognitif, sehingga apa yang Danny Pomanto pikirkan seolah-olah orang lain sudah mengetahuinya hanya melalui tafsir, sedangkan setiap manusia memiliki emosi yang berbeda-beda, apalagi Sawedi Muhammad juga hanya memahami makna namun seolah-olah dia yang lebih paham dari kritik Dany Pomanto melalui media sosial.
.
Simbol dalam kajian interaksi simbolik bukan merupakan faktor yang telah terjadi atau semacam surat yang utuh yang ketika dibuka maka kita menemukan makna bersama atau objektif, sehingga dapat dikatakan makna Sawedi belum tentu sama dengan makna yang ingin disampaikan Danny Pomanto, ataupun makna yang dipahami semua orang.

Dalam tulisannya di media daring Detik, dosen sosiologi tersebut juga menampilkan Danny Pomanto sebagai sosok yang serakah dengan menuliskan “Ia (Danny Pomanto) ingin dilibatkan baik dalam proses penentuan desain, sosialisasi Amdal, penetapan lokasi dan juga pengoperasian kereta api. Wali Kota ingin menegaskan bahwa seluruh proses komunikasi proyek kereta api harus melibatkan pemerintah Kota Makassar”. Hal ini yang tentu tidak pernah terucap dari mulut Danny Pomanto, dan justru Sawedi berupaya menampilkan sosok Danny Pomanto sebagai sosok yang serakah.

Dalam perspektif kebijakan publik, Danny Pomanto justru ingin menunjukkan dampak lingkungan yang secara langsung dapat dirasakan warga Makassar dalam kapasitasnya sebagai Wali kota Makassar.

Kritik Danny Pomanto seharusnya dipandang sebagai diskursus baru yang memperlihatkan dampak buruk yang mungkin akan terjadi ke depannya. Meski belum ada kebijakan yang strategis dalam mengatasi banjir di Makassar tetapi hal tersebut bukan berarti Danny Pomanto tidak melakukan apa-apa dalam upaya menangani banjir di Makassar, sebagai contoh baru-baru ini kunjungan studi Danny ke beberapa negara maju justru ingin melihat secara holistik strategi yang tepat untuk membangun irigasi atau drainase untuk mengatasi banjir, hal ini justru menunjukkan bahwa Danny Pomanto tidak tergesah-gesah dalam mengambil kebijakan publik, dan mempertimbangkan studi yang tepat untuk Kota Makassar.

Penolakan Wali Kota M9akassar desain darat (at grade) karena mengganggu tata ruang kota itu jelas aturan perda nomor 4 tahun 2015 tentang rencana tata ruang wilayah Kota makassar 2015 – 2030, ini adalah bentuk penegasan sikap seorang Wali Kota Makassar yang selalu menjaga dan bertanggung jawab kepada warga dan kotanya karena orientas pembangunan Danny Pomanto adalah pembangunan yang berkelanjutan. (*)