Lima Nasihat Sayidina Ali bin Abi Thalib

oleh -126 views
oleh

UPDATESULSEL- Diantara sahabat Nabi Muhammad yang dikenal intelek tak lain adalah Amirul Mukminin Ali bin Abi Thalib. Tak heran bila pada dirinya, Rasulullah Shalllallahu ‘alaihi wasallam (SAW) bersabda: “Aku gudang ilmu maka Ali adalah gerbangnya”.

Hingga kini, ujaran, makalah, surat-surat Sayidina Ali bin Abi Thalib masih dipelajari banyak orang. Kita mengenal komentar Muhammad Abduh yang memberi apresiasi begitu tinggi terhadap kitab Nahjul Balaghah, bukan semata-mata karena keelokan tutur bahasanya, melainkan juga isinya sangat aktual hingga akhir zaman.

Di dalam kitab tersebut, juga dalam Kitab Imamul Muhtadin karya HMH Al-Hamid Al-Husaini, berikisah tentang surat-surat Amirul Mukminin Sayidina Ali bin Abi Thalib sebagai nasihat-nasihat yang ditujukan kepada Gubernur Mesir Malik bin Harits Al-Asytar.

Di dalamnya, berisi prinsip-prinsip dasar dalam mengatur negara bisa menjadi teladan para pemimpin di masa kini.

Berikut Lima Nasihat Sayidina Ali tentang amanah bagi para pemimpin di tengah masyarakat.

Pertama, Takut dan Taatlah Hanya kepada Allah SWT.

”Aku perintahkan dia bersungguh-sungguh dalam bertakwa kepada Allah SWT, mendahulukan ketaatan kepada-Nya dan mengikuti segala yang diperintahkan dalam kitab-Nya, yang wajib dan yang dianjurkan, yang tidak seorang pun akan beroleh kebahagiaan kecuali dengan mengikutinya dan tidak akan menderita kecuali dengan mengingkari dan melalaikannya. Aku perintahkan dia ‘menolong’Allah SWT dengan hati, tangan dan lidahnya, karena Allah telah berjanji memenangkan siapa saja yang menolong-Nya dan memuliakan siapa saja yang memuliakan-Nya.”

Kedua, Cintai dan Kasihilah Rakyatmu.

Amirul Mukminin memerintahkan agar mempunyai sikap kasih sayang dan mencintai rakyatnya dengan lemah lembut. “Tanamkan dalam hatimu rasa kasih sayang, cinta dan kelembutan budi pekerti pada rakyat. Jangan sampai kau jadikan dirimu laksana binatang buas yang bersiap memangsa mereka. Mereka itu sesungguhnya hanya satu di antara dua: saudaramu dalam seagama atau serupamu sebagai sesama makhluk. Kadang-kadang mereka tergelincir dalam kesalahan dan tergoda oleh pelanggaran, sehingga timbul akibat perbuatan tangan mereka, baik sengaja atau tidak, (suatu kejahatan).

“Oleh sebab itu, berilah maaf dan ampunanmu pada mereka sedapat mungkin, sebagaimana juga engkau mengharapkannya dari Tuhanmu. Engkau berada di atas mereka; pemimpin yang mengangkatmu berada di atasmu; dan Allah SWT berada di atas orang yang telah mengangkatmu! Sungguh, Allah telah menugaskan kepadamu penyelesaian urusan mereka dan Dia mengujimu dengan mereka.”

Ketiga, Curahkan Perhatian kepada Fakir dan Miskin.

“Ingatlah Allah dan ingatlah Allah selalu dalam perlakuanmu terhadap rakyatmu yang berada di tingkat terbawah. Terutama mereka yang lemah tak berdaya, kau fakir-miskin dan mereka yang dipaksa oleh kebutuhan, orang-orang sengsara dan penderita cacat. Termasuk dalam kelompok ini, mereka yang meminta-minta dan yang selalu mengharapkan pemberian.”

“Ingatlah Allah dan ingatlah selalu orang-orang seperti itu yang dititipkan-Nya kepadamu! Berilah mereka bagian dari Bayt al-Maal serta bagian dari rampasan perang dan hasil tanah di seluruh penjuru negeri. Semua mereka, yang dekat maupun yang jauh, telah ditetapkan untuknya bagiannya dan diperhatikan kepentingannya. Jangan sekali-kali kau disibukkan oleh kemewahan sehingga melalaikan mereka. Dan jangan beranggapan bahwa kau tidak akan dituntut akibat melalaikan yang remeh semata-mata disebabkan kau telah menyempurnakan berbagai urusan yang besar lagi penting.”

Keempat, Dengarkan mereka yang Tertindas.

“Sempatkanlah dirimu untuk menerima kehadiran orang-orang yang memerlukan bantuan keadilan darimu. Duduklah bersama mereka dalam suatu majelis yang terbuka, agar disana kau ber-tawadhu’merendahkan hati bagi Dia Yang menciptamu.

“Dalam pertemuan seperti itu, seyogyanya kau singkirkan tentaramu, pembantu-pembantumu dan pengawal-pengawalmu, agar mereka yang ingin menyampaikan keluhannya kepadamu dapat melakukannya dengan tenang tanpa rasa takut dan cemas. Beberapa kali aku telah mendengar Rasulullah SAW bersabda: “Tidak akan tersucikan suatu umat selama si lemah tidak dapat menuntut dan memperoleh kembali haknya dari si kuat tanpa rasa takut dan cemas.

Kelima, Tanamkan Kebaikan pada Rakyat.

”Ingatlah bahwa rasa percaya antara pemimpin dan yang dipimpin, hanya akan timbul karena adanya kebaikan, keadilan, serta pelayanan. Oleh sebab itu, tanamlah kebaikan pada semua orang karena niat baik mereka sudah meringankan bebanmu.Kebaikanmu terhadap mereka akan menghasilkan kepercayaan mereka terhadapmu. Sementara sikap kasarmu akan menimbulkan kebencian mereka.”

Memang, untuk menjadi seorang pemimpin yang dicintai rakyatnya, tentunya dia harus memenuhi kewajibannya: memberi bantuan, perlindungan, keadilan kepada rakyatnya. Demikian itulah, mengurusi segala urusan rakyatnya.

Dalam satu Hadits disebutkan dari ‘Auf Ibn Malik, berkata: Aku mendengar Rasulullah Saw bersabda: “Sebaik-baiknya pemimpin kalian ialah orang-orang yang kalian mencintai mereka dan mereka pun mencintai kalian, juga yang kalian mendoakan kebaikan untuk mereka dan mereka pun mendoakan kebaikan untuk kalian. Sedangkan seburuk-buruk pemimpin kalian ialah orang-orang yang kalian membenci mereka dan mereka pun membenci kalian, juga yang kalian melaknat mereka dan mereka pun melaknat kalian…” (HR.Muslim)

Demikian wallahu a’lam.