Keterlibatan GSI, Habib Banua Soroti Bisnis PCR Erick Thohir

oleh -123 views
oleh

UPDATESULSEL.NEWS- Anggota DPD RI asal Kalimantan Selatan, Habib Abdurahman Bahasyim, atau yang akrab disapa Habib Banua, menyindir keras keterlibatan Menteri BUMN Erick Thohir dalam bisnis PCR yang belakangan menghebohkan publik.

Keterlibatan Erick Thohir tersebut dibenarkan oleh Staf Khusus Menteri BUMN, Arya Sinulingga. Dikatakan keterlibatan perusahaan Erick dalam bisnis laboratorium PT Genomik Solidaritas Indonesia (PT GSI) hanya 2,5 persen dari nilai total jumlah tes PCR di Indonesia.

“Sudah jelas diakui bisnis, tapi disebut hanya 2,5 persen dari total nilai bisnis ini. Padahal ini bukan soal 2,5 persen atau 1 persen. Ini soal trading influence. Soal regulator yang juga berbisnis di dalam bisnis yang diatur regulator,” seloroh Habib Banua di Jakarta, Kamis 4 November 2021.

Senator yang juga pimpinan Badan Urusan Legislasi Daerah DPD RI itu menghitung keuntungan yang diperoleh dari tes PCR dengan harga tertinggi pada awal Covid-19 dan harga terendah belakangan ini.

“Di awal harga tes PCR mencapai Rp2 juta per kepala. Jika GSI melakukan tes PCR sebanyak 700.000 kepala, artinya GSI mendapatkan Rp1,4 triliun,” katanya.

Lalu jika dihitung di harga PCR terendah saat ini yang sebesar Rp275.000 untuk Pulau Jawa dan Bali, maka GSI mendapatkan Rp192 miliar dari tes PCR.

Jadi sekali lagi, lanjut Habib Banua, hal ini bukan soal besar kecilnya, tapi keterlibatan dalam bisnis ini sudah mencederai azas kepatutan karena ada conflict of interest.

“Dan sudah layak diproses hukum. Tinggal sekarang aparat penegak hukum mau masuk atau tidak. Kalau perlu, saya akan minta teman-teman di Komite I sebagai mitra penegak hukum untuk menanyakan kepada KPK, Polri dan Kejaksaan tentang ini,” tukasnya.

Seperti diberitakan sebelumnya, dalam keterangannya, Arya menjelaskan bahwa Yayasan Adaro sebagai pemegang saham PT GSI, hanya minoritas yaitu sebesar 6 persen.

“GSI itu hanya 2,5 persen melakukan tes PCR di Indonesia. Bisa dikatakan hanya sebanyak 700 ribu kepala. Jadi sangat minim berperan di tes PCR,” ujar Arya beberapa waktu lalu. (*)