Ilmuwan China Temukan Virus Covid Varian Baru Bernama NeoCov, Apa itu?

oleh -118 views
oleh
Ilustrasi

UPDATESULSEL.NEWS – Ilmuwan China mengungkapkan adanya virus yang diklaim menjadi varian Covid baru, bernama NeoCov atau Neoromicia Capensis. Bahkan, virus itu disebut lebih mematikan.

Melansir The Independent, Minggu, 30 Januari 2022, menurut laporan, NeoCov memiliki tingkat infeksi dan kematian yang lebih tinggi daripada jenis virus SARS-CoV-2 lainnya.

Lantas, apa itu NeoCov?

Virus NeoCoV merupakan genetik terdekat dari MERS-CoV atau jenis virus corona lainnya yang menyebabkan infeksi saluran pernapasan di Timur Tengah.

Sebagai informasi, MERS-CoV pertama kali teridentifikasi di Arab Saudi pada 2012 lalu. Berdasarkan data WHO, sekitar 35 persen pasien terinfeksi MERS-CoV meninggal dunia.

Sama seperti MERS-CoV, virus NeoCov memiliki sifat zoonosis. Artinya, virus ditularkan antara hewan dan manusia. Virus ini dapat menular melalui kontak langsung atau tidak langsung dengan hewan.

Berdasarkan studi para ilmuwan China, NeoCov memiliki potensi ancaman menginfeksi manusia. Namun, sejauh ini belum ditemukan adanya kasus manusia yang terinfeksi NeoCov.

Menurut laporan dari penelitian di jurnal online, BioRxiv, NeoCov dapat dengan mudah mengikat reseptor ACE 2 dalam sel kelelawar untuk menginfeksi hewan.

Meski demikian, ini tidak efisien untuk mengikat reseptor ACE 2 pada manusia kecuali terjadi mutasi baru.

“Kita perlu melihat lebih banyak data yang mengonfirmasi infeksi (virus NeoCov) pada manusia dan tingkat keparahannya,” ujar Profesor Lawrence Young, ahli virus di Universitas Warwick.

Young menegaskan, setiap orang harus tetap waspada terkait penyebaran infeksi virus corona dari hewan ke manusia, terutama pada kelelawar.

“Ini (virus NeoCov) adalah pelajaran penting yang perlu kita pelajari dan membutuhkan integrasi lebih baik dari penelitian penyakit menular pada manusia dan hewan, kita perlu waspada,” imbuh Young.

Pendpapat dari WHO
Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), apakah virus NeoCov menimbulkan ancaman bagi manusia atau tidak, itu memerlukan penelitian lebih lanjut.

“Kami sedang bekerja sama dengan Organisasi Kesehatan Hewan DUnia (OIE), Organisasi Pangan dan Pertanian (FAO), dan Program Lingkungan PBB (UNEP) untuk ‘memantau dan menanggapi penyakit zoonosis yang muncul’,” kata WHO seperti yang dikutip dari DeccanHerald. (*)