Diduga Limbah PT Makassar Tene Rugikan Warga Sepanjang Sungai Tallo LSM PILHI : Cabut Izin Usahanya !

oleh -100 views
oleh

UPDATESULSEL.NEWS –   Badan Herianto (30) gatal-gatal, ia baru saja membersihkan sampah di sungai belakang rumahnya, Selasa, 26 September 2022, desa Bontoa, kelurahan Parangloe, Kecamatan Tamalanrea, kota Makassar.

Namun, naas, sekujur badannya bentul-bentul, akibat terkena air sungai yang terhubung dengan limbah pabrik Makassar Tene, sebuah pabrik gula rafinasi terbesar di kawasan timur Indonesia yang terletak di komplek pergudangan Parangloe.

Menurut Heri, sejak beroperasinya perusahaan Makassar Tene, banyak ikan tiba-tiba mati di daerah aliran sungai yang menyambung ke kawasan Tallo. Pun, warga yang bermukim di sekitar pergudangan Parangloe, terutama yang berdekatan dengan pinggiran sungai, kerap dibikin repot.

Pasalnya, atap seng mereka tidak bertahan lama, cepat lapuk, dan karatan, berbeda dengan warga yang jauh dari pinggiran sungai Tallo.

Malah, bau aliran sungai menyengat, dan tak jarang mereka tiba-tiba gatal, dan mata perih. “Atap seng di sini tidak bertahan lama, dan bau menyengat serta mata perih,” ujar Dg. Bani.

Ia menambahkan, kondisi makin parah, pada saat musim kemarau, dan warga di sini, (Parangloe, red) sudah sering protes kepada pihak PT. MT, namun, tidak ada tindak lanjutnya. Palingan, ada pembagian seng dari PT MT, namun itu hanya orang – orang tertentu yang dapat, hanya yang dekat dengan pabrik gula itu.

Sementara menurut Direktur LSM Pusat Informasi Lingkungan Hidup Indonesia (PILHI), Syamsir Anchi, mengatakan kasus dugaan pencemaran atau limbah PT. MT memang sudah lama berlangsung, baik limbah Bahan Berbahaya Beracun (B3) industri dari PT. KIMA maupun PT. MT, akan tetapi belum ada penyelesaian secara progresif, menyeluruh, dan berkeadilan, terkait dugaan pencemaran di sungai Tallo.

Ia mendesak pemerintah kota Makassar agar mencabut izin usaha PT. MT, dan tidak mengeluarkan atau memperpanjang izin terkait limbah B3 sebelum adanya solusi yang tepat bagi warga di sekitar sungai Tallo, termasuk petani tambak.

Syamsir Anchi menelisik dugaan kongkalikong terkait limbah B3 industri antara pengusaha dengan oknum pejabat, sehingga perlu diusut agar kasus ini tidak berlarut-larut, dan warga sekitar bisa menghirup udara yang bersih, air sungai yang bebas pencemaran limbah, baik rumah tangga, terlebih limbah pabrik.

Ia pun mengusulkan ke pihak legislatif untuk membentuk pansus di DPRD kota Makassar khusus menyelesaikan kasus dugaan pencemaran yang puluhan tahun merugikan banyak warga di sekitar sungai Tallo. (**)