Di Periode ke-2 Jokowi Nasib Petani Belum Jelas, DPR Semprit SYL

oleh -251 views
oleh

UPDATESULSEL.NEWS- Anggota Komisi IV DPR RI Johan Rosihan menilai kinerja Kementerian Pertanian di bawah komando Syahrul Yasin Limpo (SYL) masuk dalam kategori rendah, khususnya terkai komoditas pertanian per Agustus 2021.

Di mana, realisasi Pengembangan Padi, baru mencapai 52,95 persen dari target yang ditetapkan dan produksi bibit ternak baru mencapai 55,15 persen serta program unit pengembangan pupuk organik (UPPO) baru terlaksana 30,94 persen.

“Ketiga program tersebut sangat penting untuk mendukung ketahanan pangan nasional dan membantu kesejahteraan petani dan peternak serta menjadikan peningkatan produksinya harus diprioritaskan agar negara kita tidak tergantung impor beras dan impor sapi dari negara lain,” papar Johan seperti dikutip dari pontas.id, saat mengikuti Rapat Kerja bersama Menteri Pertanian di Gedung Parlemen, Senayan, Jakarta Rabu (25/8/2021).

Politisi PKS ini menilai terjadi paradox atas kinerja yang rendah dengan kebijakan peningkatan importasi daging sapi yang pada Bulan Juli 2021 mencapai 71,72 juta dolar AS atau setara Rp.1,076 triliun.

“Saya sesalkan realisasi yang rendah disikapi dengan impor. Hal ini berdampak semakin tidak berkembangnya komoditas pertanian dalam negeri dan yang pasti akan merugikan petani dan peternak lokal,” ujar Johan.

Tagih Janji SYL
Pada kesempatan tersebut, Johan juga mempertanyakan realisasi pengembangan tanaman kedelai. Karena Mentan telah berjanji kepada rakyat untuk meningkatkan produksi kedelai nasional dalam dua kali masa tanam.

“Hal ini harus dijelaskan kepada publik karena ketergantungan dengan kedelai impor telah merugikan petani dan meresahkan usaha UMKM tahu tempe di tanah air selama 2021 ini,” tutur wakil rakyat dapil NTB ini.

Secara tegas, Johan mempertanyakan kinerja pemerintah dalam meningkatkan nilai produksi cabe nasional karena ternyata harganya sangat fluktuatif dan terjadi impor cabe dalam jumlah yang besar pada bulan ini.

Ia juga menyoroti perkembangan rata-rata harga gabah di tingkat petani yakni sebesar Rp4.254/kg yang hal ini terus mengalami penurunan 0,62 persen dari hari sebelumnya.

Petani Menjerit
Johan juga mempertanyakan kemampuan pemerintah dalam menjaga stabilitas harga gabah di tingkat petani pada saat panen raya. Pemerintah perlu memikirkan solusi dan terobosan karena menyangkut soal kesejahteraan petani dan keluarganya.

“Setiap tahun para petani selalu menjerit karena harga gabah yang jatuh saat panen dan tingginya ongkos produksi sehingga mereka alami kerugian,” kata Johan.

“Saya minta pemerintah untuk memperbaiki kebijakan regulasi APBN 2022 agar memperkuat sektor Pertanian sebagai penyelamat ekonomi nasional karena terbukti sektor pertanian bisa tumbuh lebih baik dari sektor lainnya dan saat ini market share kredit Pertanian telah mencapai 28 persen sehingga dapat menjadi penopang bagi kekuatan ekonomi nasional,” tutup Johan Rosihan

Kekuatan Utama
Sehari sebelumnya, SYL mengaku Indonesia memiliki potensi sumber daya alam yang sangat besar. Dengan potensi tersebut, pertanian bisa menjadi kekuatan utama pembangunan Indonesia di masa depan.

“Kalau kita mau membangun bangsa ini, yang paling siap adalah pertanian. Sumber dayanya sudah ada. Tapi semuanya harus dikejar lebih cepat,” kata SYL saat memberikan kuliah umum di Kampus Politeknik Pembangunan Pertanian (Polbangtan) Bogor.

Di hadapan mahasiswa Polbangtan seluruh Indonesia dan Duta Petani Milenial yang hadir secara daring, Syahrul menyebutkan era digital saat ini semakin mendorong percepatan pembangunan pertanian Indonesia.

“Kita bisa lihat bahwa hari ini kita semua bisa bertemu di sini dari berbagai tempat secara virtual. Ini menunjukkan bahwa ada perubahan era. Di era ini, pertanian kita bisa lebih baik dibandingkan era-era sebelumnya karena semua sudah terfasilitasi secara digital,” jelasnya.

Syahrul juga meminta generasi milenial untuk meninggalkan pola pikir lama dalam bertani. “Paradigma yang lalu sudah selesai. Kalau kita tidak mengubah cara yang lama, kita akan tertinggal dan mati,” tegas Syahrul. (*)