Arah Baru Peta ‘POLITIK’ Sulsel

oleh -161 views
oleh

Oleh: Mulawarman

 

Pemeo ini boleh jadi benar: hampir tidak ada waktu istirahat bagi politik. Yang ada setiap waktunya adalah kerja-kerja politik pemenangan, sosialisasi dan pendekatan ke masyarakat. Meski Pilkada Sulsel masih jauh, tahun 2023, namun kerja politik tersebut harus terus-menerus dilakukan. Mengingat peta politik berkembang sangat dinamis.

Inilah inti politik yang sebenarnya: mengabdi dan melayani. Kebutuhan masyarakat dipastikan tersedia 24 jam, tak terbatas ruang dan waktu. Karena itu para calon pemimpin haruslah terus standby melayani, siap siaga dengan berbagai keperluan masyarakat tersebut. Pemimpin yang sejati adalah mereka yang mampu menjawab aspirasi masyarakat. Jangan kerja hanya pas mau jelang pesta politik.

Dari momentum Pilkada kemarin dapat kita lihat secara kritis melihat arah peta politik pemilihan Gubernur Sulsel 2023 mendatang. Seperti apa arah politik Sulsel; peluang dan tantangannya, serta siapa saja kandidat politik yang potensial.

TANTANGAN POLITIK SULSEL

Saya dapat katakan bahwa era Pilkada Sulsel mendatang adalah eranya tampil para politisi muda. Tantangan politik di masa depan semakin kuat dengan semakin meningkatnya jumlah kaum muda produktif Sulsel. Berdasarkan sensus Penduduk 2020, jumlah usia produktif di Provinsi Sulsel mencapai 5.840.507 dari total penduduk 8,5 juta. Artinya hampir di atas 65 persen lebih dari anak muda yang berpotensi menjadi pemilih pada Pilkada mendatang.

Usia muda produktif ini sering ditandai oleh karakternya yang kritis, energik, dan menyenangi hal-hal yang baru. Mereka juga kerap digambarkan sebagai pribadi yang bebas, terbuka, berani, dan anti pada kemapanan. Umumnya mereka sangat melek teknologi internet.

Fakta objektif menguatnya internet ini menjadi tantangan berikutnya politik Sulsel di masa depan. Lihat saja data Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII) tahun lalu, menyebut Sulsel adalah provinsi keempat terbesar penetrasi penggunaan internet (72 persen). Internet dimanfaatkan masyarakat Sulsel untuk berbagai keperluan, salah satunya menggunakan fasilitas media sosial sebagai alat komunikasi.

Pada gelaran Pilkada kemarin, misalnya, banyak kandidat yang mayoritas Timsesnya adalah anak muda. Lihat saja Timses Adama dan Appy di Pilkada Makassar atau Timses Cabup Pangkep Muhammad Yusran dan Cabup Maros Chaidir Syam, mereka anak muda yang menjadi Timsesnya praktis memanfaatkan media sosial seperti facebook, instagram, dan twiter sebagai alat kampanyenya. Kekuatan media sosial menjadi peluang sekaligus tantangan baru bagi para kandidat kepemimpinan yang layak memimpin masa depan.

Teknologi dan demokrasi seperti menjadi peluang sekaligus tantangan baru bagi politik di Sulsel. Peluang, karena dengan teknologi, profil atau leadership seseorang figur politik akan dengan mudah diakses. Positif maupun negatif. Demokrasi juga memungkinkan orang per orang yang sebelumnya tidak punya trah politik—sebutlah bukan siapa-siapa (nobody), namun memiliki peluang yang sama dengan mereka yang notabene lahir dan besar dengan klan politik kekerabatan yang telah mapan (somebody).

Inilah yang menjadi tantangan berikutnya. Yaitu, bila selama ini politik kepemimpinan di Sulsel masih didominasi oleh hubungan patron kekerabatan dan kekeluargaan, di beberapa kabupaten/kota, maka dengan menguatnya teknologi internet pada satu sisi dan berkembangan politik elektoral demokrasi, kesempatan ini menjadi lebih cair, terbuka bagi semua kandidat. Itu artinya publik sebagai pemilik suara memiliki banyak pilihan. Tidak terbatas pada kandidat-kandidat lama.

Dengan mudah publik mengenal panggung politik Sulsel pada sejumlah tokoh seperti Jusuf Kalla-Aksa Mahmud, Syahrul Yasin Limpo dan klan keluarganya, Nurdin Halid, Ilham Arief Siradjudin atau Aco, Nurdin Abdullah dan Amran Sulaiman. Pengaruh mereka pada jalannya perubahan peradaban sosial politik di Sulsel sungguh kuat, namun publik memerlukan semangat dan tokoh baru yang gandrung pada perubahan. Tokoh baru itu adalah yang energik, lincah, cekatan, dan para petarung.

Meski tidak akan hilang sepenuhnya, peta politik kekerabatan dan kekeluargaan di Sulsel dari bayang-bayang tokoh lama, namun pastinya politik Sulsel akan sangat dinamis. Sehingga, tepatlah pepatah yang mengatakan: “Setiap orang ada masanya, setiap masa ada orangnya.”

Kondisi politik kekerabatan atau politik dinasti tidak akan sepenuhnya hilang di bumi Sulawesi Selatan ini, namun, kekuatanya dapat dikatakan akan semakin melemah. Lihat saja dalam beberapa moment Pilkada dan Pileg di mana ada kandidat yang berafilisasi dengan keluarga tertentu, tidak dipilih oleh rakyat. Meski secara jaringan elit dan kekuasaan tidak diragukan publik. Namun nyatanya publik punya pilihan lain bagi para calon pemimpinnya.

Tantangan politik sulsel adalah cairnya dukungan masyarakat terhadap politik. Tidak serta merta kandidat yang diusung oleh partai banyak akan menjadi pemenang. Karena daulat adalah rakyat sendiri. Pilkada Makassar menjadi pelajarannya, bagaimana seharusnya partai politik dekat dengan rakyat yang memiliki kedaulatan sebagai pemilik suara.

MUDA, BERPRESTASI, DAN PETARUNG

Dengan arah politik Sulsel seperti itu, maka tidak paling tidak kita dapat menyebut sejumlah tokoh muda yang berpeluang dan berpotensi besar menjadi kandidat pemimpin Sulsel masa depan. Para kandidat ini tidak dapat dianggap enteng, dan tidak dapat dipandang sebelah mata. Mereka adalah RMS, Andi Iwan Aras dan Taufan Pawe. Ketiganya adalah sosok yang sangat potensial memimpin Sulsel mendatang. Dengan salah satu modal mereka, adalah Nakhoda 3 Parpol besar dan pemenang Pilkada.

Ketiganya, RMS, Andi Iwan Aras dan Taufan Pawe berpengalaman memimpin, punya kapital besar, berwatak petarung. Itu artinya ia akan menjadi kandidat terkuat head to head dengan para kandidat yang selama ini dikenal memiliki jaringan politik kekerabatan.

Rusdi Massae (RMS) tidak diragukan, usianya 47 tahun. Saat pertama kali memimpin Sidrap dinobatkan sebagai pemimpin termuda, 35 tahun. Berpengalaman memimpin dua periode dengan pencapaian terbaik di Sulsel. Berhasil menaikan pertumbuhan ekonomi hingga tertinggi sepanjang sejarah 9,3 persen dan sukses menekan kemiskinan hingga 5,4 persen. Secara khusus, bahkan, kerja suksesnya mengawal mega proyek PLTB di Desa Mattirotasi diapresiasi Presiden Jokowi. Sukses dengan banyak mendapat penghargaan dari dalam dan luar negeri. Selepasnya dia sukses memimpin parta NasDem. Pada Pileg 2019, ia sukses mengawal NasDem menjadi partai terbesar kedua di Sulsel. Terakhir ia sukses bersama Andi Iwan Aras mengawal pemenangan Danny Pomanto di Pilkada Makassar.

Andi Iwan Aras juga masih terbilang muda, 44 tahun. Ia menjadi ketua Gerindra Sulsel, yang merupakan partai baru yang sangat diperhitungkan berkembang pesat di Sulsel. Dipercaya rakyat hingga dua periode sebagai anggota DPR dua periode dengan sekarang. Menjadi pimpinan Komisi V DPR RI. Iwan Aras berhasil mengawal kepemimimpinan Pada Pileg dengan 11 kursi dan menjadi wakil ketua DPRD Sulsel. Dan juga menjadi 10 pimpinan dewan di Sinjai, Jeneponto, Bone, Pangkep, Sidrap, Wajo, Selayar, Gowa, Dan Bulukumba. Terakhir Andi Iwan Aras mengomandani seluruh pengusaha di Sulsel, dia baru saja dilantik jadi Ketua KADIN Sulsel.

Taufan Pawe meski terbilang senior bila dibandingkan dua tokoh sebelumnya (55 tahun), namun kiprahnya tidak bisa diragukan. Menjadi Walikota Parepare sudah hampir dua periode sejak 2013 lalu, karena berhasil menorehkan prestasi, dengan mendapat banyak penghargaan nasional dan internasional. Berhasil merebut kepemimpinan DPD 1 Golkar Sulsel, melalui pertarungan panjang. Karena terpilih menjadi Ketua Golkar, di daerah seperti Sulsel, tidaklah mudah. Hanya mereka yang teruji dan petarung yang bisa memenangkan pertarungan perebutan kursi ketua Golkar, kata Akbar Tandjung dan Jusuf Kalla, dua politikus senior Golkar. Taufan Pawe menguasai bidang hukum dan jaringan organisasi di berbagai organisasi, khususnya di Golkar. Dan dia berjanji bersama-sama kader Golkar Sulsel, akan mengembalikan masa kejayaan Golkar di Sulsel.

Selain tiga politisi muda di atas, yang patut masuk daftar juga adalah para kepala daerah dan pimpinan dewan yang saat ini menjabat di Sulsel. Mereka muda dan punya peluang besar menjadi pemimpin atau memimpin Sulsel. Sebut saja Adnan Purichta Ichsan Bupati Gowa, Danny Pomanto Walikota Makassar terpilih, Nikmatullah Ketua Demokrat Sulsel, Seto Gadhisa Asapa Bupati Sinjai, Ilham Azikin Bupati Bantaeng, Rudi Lallo Ketua DPRD Makassar, dan Bupati Luwu Utara Indah Putri Indirani yang kiprahnya sempat viral di media; mengantar Bansos dengan menggunakan motor trail menghadang jalan berlumpur. Mereka adalah para pemimpin muda, yang akan menjadi arah baru politik Sulsel di masa depan.

Dengan melihat peta politik yang semakin penuh tantangan, dan naiknya sejumlah kandidat muda, maka kita bisa katakan arah baru peta politik Sulsel sudah rel atau di jalan yang benar. Para politisinya yang muda, seharusnya tidak mengurangi tensi kerja-kerja politiknya ke masyarakat. Tetapi terus bergerak melaksanakan kerja-kerja politik, mengabdi, melayani dan membawa masyarakat Sulsel menuju masyarakat yang sejahterah, adil dan makmur. (**)